Senin, 25 Mei 2015

Permainan Tradisional di Indonesia Enggrang/ Jangkungan

Zaman yang berubah membuat banyak permainan tradisional anak di Indonesia jadi terlupakan.Jika dulu permainan anak banyak melibatkan aktivitas luar ruang dan alat-alat yang terbuat dari alam, kini minimnya ruang bermain membuat permainan anak semakin terbatas pada gadget elektronik semata. Padahal permainan anak-anak tradisional ini adalah bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang harus kita jaga.

Sejumlah siswa sekolah dasar bermain permainan tradisional egrang pada kegiatan Festival Dolanan Anak, di Alun-alun Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu (16/5). Kegiatan festival dolanan atau permainan tradisional tersebut bertujuan untuk melestarikan dan mengangkat kembali permainan tradisional kepada anak-anak di tengah derasnya pemainan modern berbasis elektronik. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/Rei/nz/15.
Sejumlah siswa sekolah dasar bermain permainan tradisional egrang pada kegiatan Festival Dolanan Anak, di Alun-alun Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu (16/5). Kegiatan festival dolanan atau permainan tradisional tersebut bertujuan untuk melestarikan dan mengangkat kembali permainan tradisional kepada anak-anak di tengah derasnya pemainan modern berbasis elektronik. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/Rei/nz/15.

Enggrang adalah permainan tradisional Indonesia yang belum diketahui secara pasti dari mana asalnya, tetapi dapat dijumpai di berbagai daerah dengan nama berbeda-beda seperti : sebagian wilayah Sumatera Barat dengan nama Tengkak-tengkak dari kata Tengkak (pincang), Ingkau yang dalam bahasa Bengkulu berarti sepatu bambu dan di Jawa Tengah dengan nama Jangkungan yang berasal dari nama burung berkaki panjang. Egrang sendiri berasal dari bahasa Lampung yang berarti terompah pancung yang terbuat dari bambu bulat panjang. Dalam bahasa Banjar di Kalimantan Selatan disebut batungkau.

Alat permainan tradisional satu ini sudah tidak asing lagi bagi anak-anak di lingkungan masyarakat Jawa, karena hampir pasti bisa ditemui dengan mudah di berbagai tempat di pelosok pedesaan dan perkotaan, pada masa lalu. Enggrang termasuk permainan anak, karena permainan ini sudah muncul sejak dulu paling tidak sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, semasa penjajahan Belanda. Hal itu seperti terekam di Baoesastra (Kamus) Jawa karangan W.J.S. Poerwadarminto terbitan 1939 halaman 113, disebutkan kata enggrang-enggrangan diartikan permainan dengan menggunakan alat yang dinamakan enggrang. Sementara enggrang sendiri diberi makna bambu atau kayu yang diberi pijakan (untuk kaki) agar kaki leluasa bergerak berjalan.

Enggrang dibuat secara sederhana dengan menggunakan dua batang bambu (lebih sering memakai bahan ini daripada kayu) yang panjangnya masing-masing sekitar 2 meter. Kemudian sekitar 50 cm dari alas bambu tersebut, bambu dilubangi lalu dimasuki bambu dengan ukuran sekitar 20-30 cm yang berfungsi sebagai pijakan kaki. Maka jadilah sebuah alat permainan yang dinamakan enggrang. Bambu yang biasa dipakai adalah bambu apus atau wulung, dan sangat jarang memakai bambu petung atau ori yang lebih besar dan mudah patah.

Sayang, permainan tradisional enggrang –seperti juga alat-alat permainan tradisional lainnya- di masa sekarang sudah tidak lagi dikenal oleh anak-anak yang lebih banyak mengenal permainan modern (playstation) atau permainan impor dari plastik.

Sumber : http://www.wego.co.id & http://permainanrakyat.blogspot.com

Rabu, 20 Mei 2015

Sumpritan

Sumpritan adalah nama senjata mainan yang terbuat dari bambu, biasanya mainan ini menggunakan peluru biji-bijian seperti biji daun saga, kacang hijau atau bisa juga menggunakan bahan yang bulat dengan diameter kecil. Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak laki-laki yang berusia 6-13 tahun.


Mereka memainkan permainan ini seolah-olah sedang dalam medan peperangan layaknya si penguasa rimba, sumpitan sebenarnya adalah salah satu senjata khas Suku Dayak Kalimantan. PADA zaman penjajahan di Kalimantan dahulu kala, serdadu Belanda bersenjatakan senapan dengan teknologi mutakhir pada masanya, sementara prajurit Dayak umumnya hanya mengandalkan sumpit. Akan tetapi, serdadu Belanda ternyata jauh lebih takut terkena anak sumpit ketimbang prajurit Dayak diterjang peluru. Dan sumprit mainan ini peluru yang terbuat dari bahan yang tidak berbahaya, sehingga permainan ini sangat aman. Apalagi kamu bisa membuatnya sendiri, yang hanya bermodalkan bambu dengan panjang 20-30 cm dengan diameter 2 sd 3 cm.